Welcome to Arin's Blog. Enjoy..

Senin, 30 April 2012

Budaya Bersalaman



Sebuah tradisi dan budaya memang layaknya di lestarikan ditengah pesatnya peradaban modern, dan layaknya sebuah tradisi dan budaya, maka masing-masing kebiasaan tiap-tiap adat dan golongan memiliki cara yang bebeda-beda meskipun tidak mengurangi esensi dari tradisi tersebut.
Budaya bersalaman mungkin sudah ada sejak jaman sebelum masehi dan sampai sekarang masih tetap eksis serta bermakna memupuk rasa perkenalan dan persahabatan. Intinya dengan bersalaman maka akan mendekatkan jarak sosial secara kejiwaan seseorang. Dan secara psikologis biasanya ada semacam perasaan yang positif pada jiwa seseorang yang melakukanya.

Budaya bersalaman ini pun bermacam-macam cara melakukanya, untuk di Indonesia budaya bersalaman dengan tangan kanan memang sepertinya mutlak dan menjadi keharusan jika dibandingkan dengan Negara-negara barat yang tidak mempermasalahkan bersalaman menggunakan tangan kiri. Bahkan di Indonesia ada beberapa macam cara bersalaman, misalnya gaya selebritis yang selain bersalaman, juga ditambah cipika cipiki tak perduli pria dan wanita. Dan gaya selebritis itu banyak juga di adobsi oleh para politisi dan pejabat Negara khususnya pria untuk menunjukan rasa persahabatan yang erat antar pejabat tinggi dan politisi. Ada juga gaya bersalaman muslimah yang tidak mau bersentuhan dengan selain muhrimnya, serta gaya bersalaman ala sahabat akrab atau anak gaul dengan menjabat tangan seperti layaknya beradu panco. Atau bersalaman dengan mencium tangan untuk menghormati pihak yang lebih tua.

Macam-macam gaya dan style tersebut berinti pada rasa pendekatan dan persahabatan. Bahkan symbol bersalaman juga merupakan ungkapan rasa perdamaian. Tak jarang kita temukan pihak-pihak yang bertikai diahiri dengan berjabatan tangan untuk sebuah perdamaian kembali.

Sebuah perasaan dari budaya bersalaman memang tidak bisa dipungkiri, dapat menularkan energy positif bagi pihak-pihak yang secara iklas melakukanya. Begitu juga dengan etika bersalaman bagi pihak-pihak tertentu, memiliki makna dan ungkapan yang berbeda. Misalnya bersalaman dan menjabat tangan dengan erat menunjukan rasa antusias dan menghargai pihak yang diajak bersalaman jika dibandingkan bersalaman hanya sekedar bersentuhan tangan. Bersalaman dengan menyodorkan kedua tangan menunjukan rasa hormat dan menghargai pihak yang di ajak bersalaman. Bersalaman dengan memberikan jabatan erat, senyuman dan bertatap mata biasanya adalah jenis bersalaman yang di anjurkan.
Bagi orang-orang yang paham etika bersalaman, maka bisa diketahui jenis karakter awal seseorang itu dari cara bersalaman.

Dari sekian jenis prilaku dan tata cara orang menunjukan sikapnya dalam bersalaman, inti dasarnya adalah niat baik dalam menjalin sebuah hubungan silaturahmi. Meskipun tak banyak juga budaya bersalaman ini dimanfaatkan hanya sebagai kedok atau simbolis semata oleh pihak-pihak tertentu.

Dengan bersalaman atau berjabat tangan dengan iklas, maka semacam energy kebaikan akan menjalar dalam jiwa kita, ditandai dengan perasaan yang lega dan senang. Melakukan budaya bersalaman akan membentuk pribadi kita untuk saling toleran dan sikap menghargai kepada orang lain dan tentunya nilai-nila silaturahmi akan terjalin. Sebuah konsep nyata yang mungkin banyak juga orang yang belum menyadarinya secara pemahaman sosial dan spiritual.

Jadi, seandainya budaya bersalaman ini saja kita budayakan dari tingkat sekolah dan perkantoran untuk dilaksanakan dan dijadikan sebuah kebiasaan, maka paling tidak bibit-bibit kebencian dan ke dengkian akan terkikis secara perlahan dan tergantikan oleh bibit toleransi dan silaturahmi. Jika bibit toleransi dan silaturahmi terjalin dengan baik di lingkup sosial, maka akan terkikis pula nilai-nilai kesombongan dan keangkuhan. Maka mari kita budayakan untuk bersalaman di lingkungan terkecil masing kita, keluarga, bertetangga, sekolah dan perkantoran untuk menjadikan hidup ini indah dari budaya yang sederhana.



pustaka :
windupoetra.blogdetik.com/category/bersalaman/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar